Tidak terbayangkan bahwa pada dasa warsa ini kita telah memasuki
suatu era yang disebut “globalisasi” sekalipun Futuris Alfin Tofler menulis
buku tentang gelombang ketiga mengenai peradapan manusia telah mengisyaratkan
masalah itu. Dilukiskan bawah gelombang pertama dimulai pada manusia bercocok
tanam, gelombang kedua pada masa revolusi industri, maka gelombang ketiga
ditengarai oleh kemajuan pesat dibidang tekhnologi informasi.
Dengan tekhnologi komunikasi yang canggih memungkinkan adanya
suatu kejadian bisa diketahui oleh orang di seluruh dunia pada saat yang sama.
Seorang wartawan yang berada di tempat terpencil seperti gurun belantara,
puncak gunungpun bisa berkomunikasi keseluruh penjuru dunia.
Begitu juga dengan transportasi, perjalanan Eropa Amerika yang
zaman Colombus memakan waktu berbulan-bulan sekarang dengan concord hanya cukup
4 jam. Bahkan Jakarta-Surabaya hanya 15 menit. Seorang TKI bisa bekerja
berpindah-pindah dari suatu negara ke negara lain. Globalisasi memungkinkan
Free Trade (perdagangan bebas) dimana banyak komuditas di jual dari dan
keseluruh dunia seperti bekicot dari Kediri di ekport ke enam negara Eropa.
Sambel kacang Bangil di jual ke Jerman dan Belanda dsb.
Era globalisasi datang sebagai gelombang besar yang menghantam
segala sendi-sendi kehidupan umat manusia. Kehadirannya menjanjikan
peluang-peluang dan sekaligus tantangan. Terutama pada generasi muda, anak
didik kita yang merupakan penerus cita-cita bangsa tercinta ini. Mampukan anak
didik kita untuk tetap “survival” dalam menyongsong era globalisasi yang
mempunyai dampak positif dan negatif.
Positifnya antara lain kita bisa mendapatkan informasi yang
nyaris tak terbatas, lewat komputer, internet, satelit, yang bisa memanfaatkan
sebagai sumber penghidupan. Sedangkan negatifnya, informasi dan budaya yang
bisa merusak perilaku juga mudah sekali masuk seperti pornografi, narkotika,
pergaulan bebas, termasuk penyakit AIDS dst.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka penulis sangat tertarik
untuk membahas makalah yang berfokuskan.
-
Mengenali pengaruh negatif era globalisasi
-
Ciri-ciri manusia yang mampu mengantisipasi abad XXI
-
Upaya-upaya mengantisipasi pengaruh negatif era globalisasi.
MENGENAL PENGARUH NEGATIF ERA GLOBALISASI
Ibarat
dokter dengan pasien, sang dokter harus mencari sumber penyakitnya (mengadakan
diagnosa) lebih dulu sebelum memberi obat yang tetap terhadap penyakit
tersebut. Begitu juga kita, mustahil bila mengatisipasi pengaruh negatif dari
globalisasi, manakala kita lihat belum tahu apa negatifnya. Adapun pengaruh
negatif yang dapat kita lihat antara lain.
Pornografi
Gambar dari cerita cabul begitu mudahnya menambah kehidupan
kita, baik lewat cetak maupun elektronika. Pada gilirannya ini mengakibatkan
pergaulan bebas dan perzinaan baik zina tangan / onani, maupun zina farji,
melakukan incest (hubungan sex dengan saudara kandung dan orang tua kandung)
seperti kakan disetubuhi adiknya atua ibu dikumpuli anaknya. Anak dikumpuli
bapaknya, perkosaan yang menyengsarakan korbannya, dan penyimpangan sexsual
(sexsual deviation) seperti sadisme yaitu penyiksaan sebelum melakukan
hubungan, masochis yaitu minta disakiti sebelum melakukan hubungan sex,
hubungan sex dengan hewan, dengan mayat, homo sexsual sesama laki-laki lewat
dubur, lesbianisme (hubungan sex sesama wanita) dsb. Hubungan bebas sehingga
banyak kasus remaja hamil diluar nikah, tersebarnya veneral diseases (penyakit
kelamin) yang semua perbuatan itu terkutuk.
Merokok,
Narkotika dan Obat Terlarang
Globalisasi menyebabkan perdagangan dan peredaran rokok dan
narkotika relatif lebih bebas, mulai dari merokok yang di iklan sebagai orang
yang berpenampilan keren, jantan, sukses, sampai menghisap ganja, pil koplo
yang sesungguhnya diperuntukkan bagi orang gila, kokain dsb. Yang memberi efek
fly, merasa seperti melayang, jalan sempoyongan, merasa bergembira semu. Pil
ekstasi yang membuat pemakainya addicted (ketagihan) dan untuk mendapatkannya
mereka harus menebus dengan harga yang mahal, mereka menjual barang-barang
orang tuanya, mencuri, menodong bahkan menjual diri dsb. Secara fisik,
narkotika merusak organ-organ penting seperti otak sehingga tidak bisa berfikir
normal, ginjal rusak sampai tahapan gagal ginjal / tidak berfungsi sehingga
harus menjalani cuci darah, jantung dan liver yang bekerja terlalu keras
menetralisir toksin / racun narkotika, paru-paru yang pada kasus dosis tinggi
mengakibatkan pernafasan berhenti dan bisa mati tiba-tiba. Secara moral membuat
pemakainya menjadi kriminal / penjahat.
Kerusakan
Moral dan Budaya
Pengaruh negatif terhadap moral dan budaya sangat besar, mulai
berkurangnya atau bahkan hilangnya rasa hormat kepada orang tua, guru/ulama
sampai berani bahkan bangga melanggar hukum agama sebagaimana yang mereka
tonton dari film dan video. Kerusakan moral berupa kekerasan dan pembunuhan
yang semakin hari semakin meningkat baik kuantitas dan intensitasny
CIRI-CIRI
MANUSIA DAN MASYARAKAT INDONESIA YANG MAMPU MENGANTISIPASI ABAD XXI
Menitik perkembangan dan hasil pendidikan yang menjadi jalan
bahwa menyongsong era globalisasi dengan berbagai kecenderungan-kecenderungan,
perlu dirumuskan ciri-ciri manusia dan masyarakat Indonesia yang mampu
mengantisipasi abad XII. Sebagai acuan dapat diketengahkan tiga citi utama
sebagai gambaran normatif tentang Ideal Manusia Baru Indonesia. HUT XXV Kompas
dalam Marthen Pali 1977).
Manusia sadar iptek, yaitu manusia sadar ilmu dalam arti manusia
serba tahu (well informed) yang merasa bahwa proses belajar tidak pernah
selesai. Dia adalah manusia yang mampu memasuki era globalisasi sepanjang hayat
dalam dunia yang serba berubah dengan cepat. Mangunwijaya merumuskan sebagai
manusia perantau dalam arti kultural dan gaya hidup, dalam cara pikir dan
suasana hati dengan iklim penghayatan multi dimensional. Manusia sadar iptek
manusia menerima informasi yang membanjir dari luar, termasuk di dalam
tehnologi yang canggih, yang ada kalanya mengancam harkat dan martabat manusia,
mampu membuat analisis serta tajam atas perubahan dan mampu membuat analisis
serta tajam atas perubahan dan mampu berfikir secara kreatif, integratif,
konseptual.
Manusia kreatif, yaitu manusia yang bersifat kreatif terhadap
tantangan baru dan mampu mengantisipasi perkembangan. Manusia demikian memiliki
sejuta kemampuan. Manusia demikian memiliki sejuta kemampuan, antara lain
kemandirian dan keberanian. Dia tidak mau berkompromi sebab kompromitas
berbahaya bagi perkembangan kreativitas. Kreativitas perlu disertai keberanian
bertanggung jawab sebagai realisasi sikap mandiri.
Manusia beretika solidarisme, yaitu manusia yang peka terhadap
keadilan dan solidaritas sosial. Manusia beretika dalam arti hanya pedoman
moral etis dalam setiap tindakan yang dilakukan. Dia berpegang pada prinsip
keadilan yang hakekatnya berarti memberikan kepada siapa saja yang menjadi
haknya. (Sunaryo, MPd)
*Diambil dari CAI &
berbagai sumber pemdukung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar