Selasa, 14 Mei 2013

MENGANTISIPASI PERILAKU ANAK TERHADAP PENGARUH NEGATIF


Tidak terbayangkan bahwa pada dasa warsa ini kita telah memasuki suatu era yang disebut “globalisasi” sekalipun Futuris Alfin Tofler menulis buku tentang gelombang ketiga mengenai peradapan manusia telah mengisyaratkan masalah itu. Dilukiskan bawah gelombang pertama dimulai pada manusia bercocok tanam, gelombang kedua pada masa revolusi industri, maka gelombang ketiga ditengarai oleh kemajuan pesat dibidang tekhnologi informasi.
Dengan tekhnologi komunikasi yang canggih memungkinkan adanya suatu kejadian bisa diketahui oleh orang di seluruh dunia pada saat yang sama. Seorang wartawan yang berada di tempat terpencil seperti gurun belantara, puncak gunungpun bisa berkomunikasi keseluruh penjuru dunia.
Begitu juga dengan transportasi, perjalanan Eropa Amerika yang zaman Colombus memakan waktu berbulan-bulan sekarang dengan concord hanya cukup 4 jam. Bahkan Jakarta-Surabaya hanya 15 menit. Seorang TKI bisa bekerja berpindah-pindah dari suatu negara ke negara lain. Globalisasi memungkinkan Free Trade (perdagangan bebas) dimana banyak komuditas di jual dari dan keseluruh dunia seperti bekicot dari Kediri di ekport ke enam negara Eropa. Sambel kacang Bangil di jual ke Jerman dan Belanda dsb.
Era globalisasi datang sebagai gelombang besar yang menghantam segala sendi-sendi kehidupan umat manusia. Kehadirannya menjanjikan peluang-peluang dan sekaligus tantangan. Terutama pada generasi muda, anak didik kita yang merupakan penerus cita-cita bangsa tercinta ini. Mampukan anak didik kita untuk tetap “survival” dalam menyongsong era globalisasi yang mempunyai dampak positif dan negatif.
Positifnya antara lain kita bisa mendapatkan informasi yang nyaris tak terbatas, lewat komputer, internet, satelit, yang bisa memanfaatkan sebagai sumber penghidupan. Sedangkan negatifnya, informasi dan budaya yang bisa merusak perilaku juga mudah sekali masuk seperti pornografi, narkotika, pergaulan bebas, termasuk penyakit AIDS dst.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka penulis sangat tertarik untuk membahas makalah yang berfokuskan.
-          Mengenali pengaruh negatif era globalisasi
-          Ciri-ciri manusia yang mampu mengantisipasi abad XXI
-          Upaya-upaya mengantisipasi pengaruh negatif era globalisasi.

MENGENAL PENGARUH NEGATIF ERA GLOBALISASI
Ibarat dokter dengan pasien, sang dokter harus mencari sumber penyakitnya (mengadakan diagnosa) lebih dulu sebelum memberi obat yang tetap terhadap penyakit tersebut. Begitu juga kita, mustahil bila mengatisipasi pengaruh negatif dari globalisasi, manakala kita lihat belum tahu apa negatifnya. Adapun pengaruh negatif yang dapat kita lihat antara lain.

Pornografi
Gambar dari cerita cabul begitu mudahnya menambah kehidupan kita, baik lewat cetak maupun elektronika. Pada gilirannya ini mengakibatkan pergaulan bebas dan perzinaan baik zina tangan / onani, maupun zina farji, melakukan incest (hubungan sex dengan saudara kandung dan orang tua kandung) seperti kakan disetubuhi adiknya atua ibu dikumpuli anaknya. Anak dikumpuli bapaknya, perkosaan yang menyengsarakan korbannya, dan penyimpangan sexsual (sexsual deviation) seperti sadisme yaitu penyiksaan sebelum melakukan hubungan, masochis yaitu minta disakiti sebelum melakukan hubungan sex, hubungan sex dengan hewan, dengan mayat, homo sexsual sesama laki-laki lewat dubur, lesbianisme (hubungan sex sesama wanita) dsb. Hubungan bebas sehingga banyak kasus remaja hamil diluar nikah, tersebarnya veneral diseases (penyakit kelamin) yang semua perbuatan itu terkutuk.
Merokok, Narkotika dan Obat Terlarang
Globalisasi menyebabkan perdagangan dan peredaran rokok dan narkotika relatif lebih bebas, mulai dari merokok yang di iklan sebagai orang yang berpenampilan keren, jantan, sukses, sampai menghisap ganja, pil koplo yang sesungguhnya diperuntukkan bagi orang gila, kokain dsb. Yang memberi efek fly, merasa seperti melayang, jalan sempoyongan, merasa bergembira semu. Pil ekstasi yang membuat pemakainya addicted (ketagihan) dan untuk mendapatkannya mereka harus menebus dengan harga yang mahal, mereka menjual barang-barang orang tuanya, mencuri, menodong bahkan menjual diri dsb. Secara fisik, narkotika merusak organ-organ penting seperti otak sehingga tidak bisa berfikir normal, ginjal rusak sampai tahapan gagal ginjal / tidak berfungsi sehingga harus menjalani cuci darah, jantung dan liver yang bekerja terlalu keras menetralisir toksin / racun narkotika, paru-paru yang pada kasus dosis tinggi mengakibatkan pernafasan berhenti dan bisa mati tiba-tiba. Secara moral membuat pemakainya menjadi kriminal / penjahat.
Kerusakan Moral dan Budaya
Pengaruh negatif terhadap moral dan budaya sangat besar, mulai berkurangnya atau bahkan hilangnya rasa hormat kepada orang tua, guru/ulama sampai berani bahkan bangga melanggar hukum agama sebagaimana yang mereka tonton dari film dan video. Kerusakan moral berupa kekerasan dan pembunuhan yang semakin hari semakin meningkat baik kuantitas dan intensitasny

CIRI-CIRI MANUSIA DAN MASYARAKAT INDONESIA YANG MAMPU MENGANTISIPASI ABAD XXI
Menitik perkembangan dan hasil pendidikan yang menjadi jalan bahwa menyongsong era globalisasi dengan berbagai kecenderungan-kecenderungan, perlu dirumuskan ciri-ciri manusia dan masyarakat Indonesia yang mampu mengantisipasi abad XII. Sebagai acuan dapat diketengahkan tiga citi utama sebagai gambaran normatif tentang Ideal Manusia Baru Indonesia. HUT XXV Kompas dalam Marthen Pali 1977).
Manusia sadar iptek, yaitu manusia sadar ilmu dalam arti manusia serba tahu (well informed) yang merasa bahwa proses belajar tidak pernah selesai. Dia adalah manusia yang mampu memasuki era globalisasi sepanjang hayat dalam dunia yang serba berubah dengan cepat. Mangunwijaya merumuskan sebagai manusia perantau dalam arti kultural dan gaya hidup, dalam cara pikir dan suasana hati dengan iklim penghayatan multi dimensional. Manusia sadar iptek manusia menerima informasi yang membanjir dari luar, termasuk di dalam tehnologi yang canggih, yang ada kalanya mengancam harkat dan martabat manusia, mampu membuat analisis serta tajam atas perubahan dan mampu membuat analisis serta tajam atas perubahan  dan mampu berfikir secara kreatif, integratif, konseptual.
Manusia kreatif, yaitu manusia yang bersifat kreatif terhadap tantangan baru dan mampu mengantisipasi perkembangan. Manusia demikian memiliki sejuta kemampuan. Manusia demikian memiliki sejuta kemampuan, antara lain kemandirian dan keberanian. Dia tidak mau berkompromi sebab kompromitas berbahaya bagi perkembangan kreativitas. Kreativitas perlu disertai keberanian bertanggung jawab sebagai realisasi sikap mandiri.
Manusia beretika solidarisme, yaitu manusia yang peka terhadap keadilan dan solidaritas sosial. Manusia beretika dalam arti hanya pedoman moral etis dalam setiap tindakan yang dilakukan. Dia berpegang pada prinsip keadilan yang hakekatnya berarti memberikan kepada siapa saja yang menjadi haknya. (Sunaryo, MPd)
*Diambil dari CAI & berbagai sumber pemdukung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar